Kaum muslimin dengan pasukan minim dan persiapan seadanya, ternyata meraih kemenangan di Perang Badar. Di Perang Hunain, pasukan kaum muslimin berjumlah banyak. Secara logika, pasti menang, apatah lagi dengan label sebagai “pejuang al haq”. Namun ternyata di Perang Hunain, pasukan kaum muslimin hampir mengalami kekalahan. Strategi apa yang salah? Ikhtiar apa yang kurang? Ternyata kekalahan itu terjadi bukan karena kurangnya ikhtiar, bukan karena kurangnya perlengkapan senjata, tetapi karena ada maksiat yang dibawa saat perang, yang tersembunyi di dalam dada sebagian besar tentara kaum muslimin. Kemaksiatan yang halus, yang hanya Allah Ta’ala saja yang mengetahuinya. Yaitu congkak! “…..dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepada kamu sedikitpun….” (QS. At Taubah : 25-26). Tentara muslim yang banyak jumlahnya itupun lari ke belakang dengan bercerai berai.
Di sebuah peperangan melawan kaum kuffar, kaum muslimin beberapa kali mengalami kekalahan. Sang qiyadah segera memuhasabahi pasukannya, mengapa kekalahan demi kekalahan bisa terjadi ? Sang qiyadah memeriksa jundi-jundinya. Tak ada yang kurang. Semua perlengkapan lengkap, pun ibadah-ibadah dilakukan dengan baik. Namun saat pagi menjelang, sang qiyadah mengamati pasukannya dan baru menyadari bahwa ternyata pasukannya melupakan satu sunah Rasul, yaitu menggosok gigi! Qiyadah segera memerintahkan menggosok gigi dengan siwak (sejenis kayu) kepada seluruh jundinya. Pasukan pengintai dari pihak musuh menjadi takut karena melihat para tentara muslim tengah menggosok-gosok giginya dengan kayu, dan mengira pasukan kaum muslimin tengah menajamkan gigi-giginya untuk menyerang musuh. Pihak musuh menjadi gentar dan segera menarik mundur pasukannya.
Esensi Peperangan
Kisah di atas adalah jihad fii sabilillah yang diwujudkan dengan
peperangan secara fisik. Di masa kini, siapa bilang peperangan itu telah
berakhir ? Tidak. Peperangan itu tidak akan pernah berakhir hingga hari
kiamat. Karena hakekatnya, ini adalah peperangan abadi antara yang Haq
dan yang Bathil. Kami datang dengan pasukan yang mencintai kematian sebagaimana kalian, orang-orang kafir, mencintai kehidupan. Namun tentu saja, jihad tidak selalu identik dengan perang dan pedang.
Kemenangan tidaklah diturunkan Allah dengan begitu saja, tetapi melalui tarbiyah dari Allah swt hingga orang-orang beriman siap menerima kemenangan, di saat yang tepat. Jangan pernah menyalahkan musuh, tetapi salahkan diri sendiri mengapa bisa memperoleh kekalahan. Apa yang salah dalam taqarrub kita kepada Allah swt ?
Seperti syetan yang bertemu seorang alim… Tak perlu si orang alim itu sampai mengeluarkan “jurus-jurus” ayat Qur’annya, tetapi cukup dengan melihat orang alim itu saja sudah membuat syetan-syetan takut dan menyingkir, melapangkan baginya jalannya. Umar bin Khattab, yang dengan pancaran keimanannya, sampai diibaratkan Rasulullah saw dapat membuat syetan-syetan menyingkir dan memilih jalan lain bila bertemu Umar di jalan. Pun seperti Imam Ahmad, yang dengan ketaatannya kepada Allah swt, membuat syetan menjadi takut hanya karena melihat sandal jepit Imam Ahmad. Bukankah syetan itu dari golongan jin dan… manusia ?
Jika “hanya” karena congkak saja Allah Ta’ala mencabut pertolongannya dari kaum muslimin, maka apatah lagi jika congkak itu dihiasi riya, iri, dengki, dan sum’ah. Jika “hanya” karena tidak melaksanakan satu sunah Rasul saja Allah Ta’ala tak lagi menjadi penolong bagi kaum muslimin, maka apatah lagi jika sampai ada sunah utama yang ditinggalkan, seperti shalat malam, misalnya. Jika orang yang berjalan di muka bumi dengan sombong “hanya” karena panjangnya pakaian akan dimurkai Allah Ta’ala, maka apatah lagi dengan muslim yang merasa lebih tinggi harakahnya dari muslim yang lain.
Bahkan meski kemenangan sudah tercapai sekalipun, seorang muslim tetap harus banyak beristighfar. “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima Taubat. “ (QS. An Nashr : 1- 3)
Sumber: https://www.syahida.com/2016/07/21/5132/aktivis-jangan-kalah-perang/#ixzz60KJsGXu7