Puntadewa merupakan putra Prabu Pandu dengan ibunda Dewi Kunti, dia memiliki adik seibu kandung Bima dan Arjuna, juga memiliki adik kembar seayah dengan ibu Dewi Madrim, yaitu yaitu Nakula dan Sadewa.
Puntadewa mempunyai watak sabar, berjiwa penuh belas kasihan, ikhlas, percaya atas kekuasaan Tuhan, tekun dalam agamanya, dan tahu membalas budi. Dia pandai dan penuh perhitungan, sehingga dia sangat jago bermain catur.
Kalimat Syahadat dipersonfikasikan ke dalam tokoh Puntadewa sebagai saudara tertua Pandawa. Ia juga melambangkan jiwa yang jujur dan digambarkan memiliki darah putih yang tak pernah melepaskan amarahnya. Dalam dirinya terpadu nilai keyakinan pada kebenaran Allah Yang Maha Esa dan kerasulan Muhammad, serta akhlak yang baik yang merupakan penerapan dari keyakinannya dalam kehidupan keseharian.
Sifat sabar seperti yang dimiliki Puntadewa adalah sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap muslim dalam kehidupannya, sebagaimana ditegaskan dalam al Qur’an surat al Muzzamil ayat 10:
Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik.
Puntadewa juga selalu bertindak adil dan jujur, sebagai gambaran dari surat Al Ahzaab ayat 70:
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.
Puntadewa menikah dengan Dewi Drupadi dan memiliki anak bernama Pancawala, Dewi Drupadi berasal dari negara Pancala yang merupakan putri Prabu Drupada dan Dewi Gandawati.
Berkat keseriusan dan kemampuan mengatur serta mengorganisir pendukungnya, maka proses pembangunan negara Amarta di hutan Mertani dapat berjalan dengan baik, Puntadewa pun dinobatkan sebagai raja Amarta. Kerajaan Amarta juga sering disebut Indraprasta, Batanakawarsa, Ciptakapura, Martani atau Mrentani.
Sewaktu remaja, sebagai keturunan raja besar Prabu Pandu, Puntadewa berpenampilan necis rapi dengan keemasan yang mewah. Namun, berbalik penampilannya setelah menjadi raja Amarta yaitu berpenampilan sederhana demi untuk memenuhi tanggung jawabnya sebagai Raja yang mengayomi seluruh rakyat.
Wajah Puntadewa cenderung pucat bersinar, karena waktunya habis dipergunakan untuk berwirid dan berdzikir siang maupun malam, di sisi lain puasa sunnah Senin Kamis tidak pernah ditinggalkan, demi perhatiannya pada rakyatnya. Baginya, dia berusaha mewakili bila ada rakyatnya yang sengsara kesulitan makan, walaupun dalam lingkup kerajaannya yang makmur, sangat sulit ditemui rakyatnya yang hidupnya sengsara. Benar-benar manusia pilihan, dalam hal sengsara, dia akan berusaha menjadi yang pertama merasakannya, namun dalam hal kenikmatan, dia berusaha agar rakyatnya yang terlebih dulu menikmati.
Prabu Puntadewa memiliki pusaka yang tidak ada tandingannya, yaitu Jimat Kalimasada, juga memiliki pusaka lain berbentuk payung yang bernama Ki Tunggul Naga dan sejenis tombak dengan nama Ki Karawelang.
Payung Ki Tunggul Naga merupakan senjata yang sangat hebat, dia bisa digunakan sebagai pelindung pertahanan dari segala macam senjata dengan membran tipis lapisan baja yang tembus pandang, tongkat payung dapat digunakan sebagai senjata otomatis dengan membran payungnya menjadi screen monitor dan proyektor tembak jitunya. Membran payung dapat disetting menjadi sangat lebar sehingga dapat melindungi satu kompi pasukan yang sedang menyerbu dari tembakan musuh.
Sementara tombak Ki Karawelang memiliki ujung tombak yang dapat diatur elastisitasnya, hingga mirip bayonet namun memiliki kelenturan yang bisa berbelok. Tombak ini juga memiliki kemampuan magnetis untuk menarik senjata-senjata yang dipergunakan oleh musuh dari jarak jauh, hingga musuh-musuh yang dihadapi tidak memegang senjata untuk segera menyerah kalah.