Ketenangan Hati & Pikiran

Hati dan pikiran selalu gelisah dan resah sehingga hati dan pikiran tidak tenang dan tentram, itu berasal dari berbagai faktor sugesti dari diri kita sendiri. Contohnya kita mau beli motor baru punya sedikit uang, tapi tidak punya penghasilan tetap. Tentunya kita akan resah bagaimana kalau nggak bisa nyicil. Kalau kita kerja serta berdoa dan silaturahmi percayalah rezeki itu ada. Kalau kita memiliki tujuan serta keinginan yang orang lain tidak setuju atau tidak menyukainya bahkan mengancam kita (menekan). Tentunya akan membuat kita gelisah dan tidak tenang. Percayalah dan sugestikan pada diri sendiri hati kecil kita, selama kita bertujuan tidak merugikan orang lain, tidak menyakiti orang lain, dan untuk membantu sesama bagi mereka yang punya kedudukan/jabatan pasti akan selalu ada jalan asalkan berlaku adil. Nah, rasa tidak tenang itu pun bisa dari pikiran kita yang memikirkan sesuatu, wah kalau terjadi bagaimana, kalau nggak lulus bagaimana, kalau kerja di PHK bagaimana,kalau nggak dapat jodoh bagaimana, kalau nikah hidup susah bagaimana, pikiran-pikiran seperti itu kita serahkan kepada Tuhan YME. Kita bersandar pada ketetapan-Nya, kita bersyukur dengan apa yang kita miliki, serta berbagi kepada sesama, berbagi itu bukan tentang kita punya harta banyak punya kedudukan dsb.Dan jangan lupa untuk selalu berdoa ini hingga kegelisahan dan keresahan tersebut hilang dari hati dan pikiran kita. Hati dan pikiran yang tenang merupakan modal utama untuk menjalani kehidupan kita dengan baik.

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ نَفْسًا بِكَ مُطْمَئِنَّةً، تُؤْمِنُ بِلِقَائِكَ، وَتَرْضَى بِقَضَائِكَ، وَتَقْنَعُ بِعَطَائِكَ

Allahumma inni as-aluka nafsan bika muthma-innah, tu’minu biliqo-ika wa tardho bi qodho-ika wataqna’u bi ’atho-ika.

“Ya Allah, aku memohon kepadaMu jiwa yang merasa tenang kepadaMu, yang yakin akan bertemu denganMu, yang ridho dengan ketetapanMu, dan yang merasa cukup dengan pemberianMu.”

Doa ini diriwayatkan Imam Thabrani dari Abu Umamah, dia berkata;

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ قَالَ لِرَجُلٍ قُلِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ نَفْسًا بِكَ مُطْمَئِنَّةً ، تُؤْمِنُ بِلِقَائِكَ ، وَتَرْضَى بِقَضَائِكَ , وَتَقْنَعُ بِعَطَائِكَ

“Sesungguhnya Nabi saw. berkata (mengajari) seseorang. Katakanlah, ‘Allahumma inni as-aluka nafsan bika muthma-innah, tu’minu biliqo-ika wa tardho bi qodho-ika wataqna’u bi ’atho-ika.’”