Proses Morfologis Bahasa Jawa

Proses morfologis adalah proses pembentukan kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain yang merupakan bentuk dasar (Cahyono, 1995: 145). Dalam proses morfologis ini terdapat lima proses, yaitu:

1.      Afiksasi

Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Afiks adalah sebuah bentuk, biasanya berupa morfem terikat yang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proses pembentukan kata. Dengan kata lain, afiks adalah proses pembubuhan imbuhan pada suatu satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks, untuk membentuk kata (Cahyono, 1995: 145). Adapun afiks dapat dibagi menjadi 4, yaitu:

1. Prefiks (ater-ater), adalah afiks yang diimbuhkan di depan bentuk dasar.Contoh:

  • a- + rupa = arupa ‘berupa’
  • a- + kembang = akembang ‘berbunga’
  • a- + sat = asat ‘sumur atau sumber mata air yang kering’
  • ma- + gawe = magawe ‘bekerja’
  • di- + pacul = dipacul ‘dibawa’
  • kok- + gawa = kokgawa ‘kaupacul’

2. Infiks (seselan), adalah afiks yang diimbuhkan di tengah bentuk dasar. Contoh:

  • -r- + gemet = gremet ‘merayap’
  • -l- + sundup = slundup ‘masuk’
  • -in- + gawa = ginawa ‘dibawa’
  • -um- + kukus = kumukus ‘nama pohon’
  • -um- + ayu = kumayu ‘merasa cantik’
  • -um- + dugi = dumugi ‘sampai, tiba’

3. Sufiks (panambang), adalah afiks yang diimbuhkan di belakang bentuk dasar. Contoh:

  • -i + tandur = tanduri ‘nanami’
  • -e + sikil = sikile ‘kakinya’
  • -ake + ngesok = ngesokake ‘menuangkan’
  • -a + mangkat = mangkata ‘berangkatlah’
  • -ana + jupuk = jupukana ‘ambililah’
  • -an + pupur = pupuran ‘berbedak’

4. Konfiks, adalah afiks yang diimbuhkan di depan dan di belakang bentuk dasar. Contoh:

  • Pa-/-an + suket = pasuketan ‘tempat rumput’
  • Ka-/-an + pinter = kapinteran ‘kepandaian’
  • Pi-/-an + takon = pitakonan ‘pertanyaan’
  • Pra-/-an + tapa = pratapan ‘pertapaan’
  • Ke-/-an + banjir = kebanjiran ‘kebanjiran’
  • Sa-/-e + bubar = sabubare ‘setelah selesai’

2.      Reduplikasi (Kata Ulang)

Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi (Chaer, 1994: 182). Reduplikasi dibedakan menjadi 2, yaitu:

a)  Reduplikasi parsial, yaitu proses morfemis yang mengulang bentuk dasar secara sebagian. Dalam bahasa jawa tradisional, reduplikasi ini dibedakan menjadi 2, yaitu:

1) Reduplikasi suku pertama (dwipurwa),yaitu proses morfemis dengan mengulang bentuk dasar suku pertama.Contoh:

  • R + lara = lelara ‘penyakit’
  • R + tela = tetela ‘jelas’
  • R + sotya = sesotya ‘permata’
  • R + tuku = tetuku ‘membeli’
  • R + resik = reresik ‘bersih-bersih’

2) Reduplikasi suku terakhir (dwiwasana),yaitu proses morfemis dengan mengulang bentuk dasar suku terakhir. Contoh:

  • R + cekik = cekikik ‘mengikik’
  • R + celuk = celuluk ‘berkata’
  • R + jeges = jegeges ‘tertawa terus’
  • R + dengek = dengengek ‘melihat agak ke atas’

b)  Reduplikasi penuh, yaitu proses morfemis yang mengulang bentuk dasar secara penuh. Reduplikasi ini dibagi menjadi 2, yaitu:

1)  Reduplikasi penuh tanpa variasi bunyi, contoh:

  • R + bocah = bocah-bocah ‘anak-anak’
  • R + dalan = dalan-dalan ‘jalan-jalan’
  • R + mlaku = mlaku-mlaku ‘berjalan-jalan’
  • R + omah = omah-omah ‘rumah-rumah’
  • R + wong = wong-wong ‘orang-orang’

2)  Reduplikasi penuh dengan variasi bunyi, contoh:

  • R + sapa = sopa-sapa ‘selalu berkata siapa’
  • R + mati = mota-mati ‘selalu padam/mati’
  • R + mlaku = mloka-mlaku ‘ selalu berjalan’
  • R + mangan = mangan-mangen ‘ selalu makan’
  • R + undang = undang-undeng ‘ selalu memanggil’

3.      Komposisi

Komposisi adalah proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda, atau yang baru ( Chaer, 1994: 185). Komposisi dalam bahasa jawa dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Komposisi sempurna,yaitu komposisi atau persenyawaan yang unsur-unsurnya berupa kata, contoh:

  • Wong tuwa ‘orang tua, ayah-ibu, guru’
  • Semar mendem ‘makanan lemper terbungkus telor’
  • Nagasari ‘makanan terbuat dari tepung beras di dalamnya berisi pisang’
  • Gantung siwur ‘nama keturunan ke tujuh ke atas atau ke bawah’
  • Balung kuwuk ‘ makanan dari singkong’

2. Komposisi tidak sempurna, yaitu komposisi atau persenyawaan yang salah satu atau semua unsurnya hanya merupakan sebagian dari kata, contoh:

  • Idu + abang = dubang ‘ludah orang makan sirih’
  • Balung + kulit = lunglit ‘ sangat kurus’
  • Dhemen + anyar = dhemenyar ‘ suka hanya waktu masih baru’
  • Bapak + cilik = paklik ‘paman adiknya bapak/ibu’
  • Bapak + gedhe = pakdhe ‘paman kakaknya bapak/ibu’

4.       Modifikasi

Modifikasi dibedakan menjadi 2, yaitu:

a) Modifikasi kosong/ konversi/ transposisi/ derivasi zero, yaitu proses morfologis dari sebuah morfem menjadi morfem lain tanpa mengubah unsur segmental. Contoh:

  • Bapak tuku pacul ‘bapak membeli cangkul’

b) Modifikasi internal atau perubahan fonem adalah proses morfologis dengan mengubah atau menambah salah satu fonem. Contoh:

  • Abang => abing ‘sangat merah’
  • Abot => abut ‘sangat berat’
  • Ijo => iju ‘sangat hijau’
  • Akeh => akih ‘sangat banyak’
  • Abang => abung / uabang ‘sanagat merah

5.      Pemendekan

Pemendekan kata adalah proses morfologis dengan cara menanggalkan atau memendekan bagian-bagian morfem atau menggabungkannya sehingga menjadi bentuk singkatan, tetapi maknanya sama dengan makna bentuk utuhnya. Pemendekan dibagi menjadi 4, yaitu:

1. Singkatan, yaitu sebuah huruf atau sekumpulan huruf sebagai bentuk pendek dari sebuah atau beberapa kata. Contoh:

  • UGM = Universitas Gajah Mada
  • SD = Sekolah Dasar
  • RA = Raden Ajeng
  • SMA = Sekolah Menengah Atas
  • SMP = Sekolah Menengah Pertama

2. Akronim, yaitu kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata, atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang wajar.                      Contoh:

  • Puskesmas = pusat kesehatan masyarakat
  • Posyandu = pusat pelayanan terpadu
  • Sinetron = sinema elektronik
  • Kades = kepala desa
  • Pelita = pembangunan lima tahun
  • Petrus = penembakan misterius

3. Kontraksi, yaitu pemendekan suatu kata, suku kata, atau gabungan kata dengan cara menghilangkan huruf yang melambangkan fon di dalam kata             tersebut. Contoh:

  • Ra ruh = ora weruh

4. Aferesis, yaitu gejala bahasa yang cenderung menanggalkan huruf awal atau suku awal kata. Contoh:

  • Jeng = ajeng ‘akan’
  • Teng = dhateng ‘ke’
  • Neng =  ana ing ‘di’
  • King = saking ‘dari’
  • Ngge = kangge ‘ untuk’
  • Nika = menika ‘itu’

Dening: Karlina Setiyanti